|KUMPULAN BLOG MFR
|RANGKAIAN MFR
|MISI MFR
|KOLEKSI TULISAN TOKOH
TUJUAN ILMU

Pada awal penciptaan manusia iaitu ketika Allah s.w.t menjadikan Nabi Adam a.s,antara perkara pertama yang dijalankan ke atas Nabi adam a.s adalah pengurniaan ilmu berupa didikan dari Allah s.w.t sendiri kepada Nabi Adam a.s yang mengajarkan Nabi adam nama bagi benda-benda di syurga yang ilmu itu tidak diberikan Allah kepada para malaikat yang merupakan makhluk yang taat.

"Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!
Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana*.Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan ?"(al baqarah :31-33)
*=sebenarnya terjemahan perkataan "hakim" kepada "maha bijaksana" kurang tepat kerana erti hakim itu adalah yang mempunyai hikmah.di sini maha bijaksana digunakan kerana hampirnya dengan makna hakim.

Kita wajib mengakui bahawa ilmu Allah itu maha luas.Dan ilmu yang dicampakkan oleh Allah kepada manusia di alam ini hanyalah sebahagian kecil yang terlalu kecil berbanding ilmu Allah.Dan hanya milik Allah segala kebenaran. Ilmu manusia itu cacat dan tidak sempurna kebenarannya berikutan manusia adalah bersifat makhluk yang serba lemah.Kekuatan itu hanya milik Allah.

Dalam peristiwa yang diceritakan oleh Allah s.w.t dalam al quran itu jelas menunjukkan kepada kita Allah menciptakan bahasa kepada manusia antara lain tujuannya untuk menyebarkan ilmu dan kebenaran.

Kita mestilah insaf sepertimana yang dipaparkan dalam ayat di atas,setelah Allah s.w.t mengajarkan Nabi Adam a.s akan suatu ilmu maka Allah peringatkan akan kebesaranNya supaya tidaklah ilmu itu dirasakan suatu yang boleh dibanggakan kerana ilmu itu datangnya dari Allah dan milik Allah jua segala ilmu dan kebenaran. Manusia itu tidak memiliki apa jua pun,semuanya hanya pinjaman.

Maka di sini dapatlah kita fahami ilmu yang ingin disampaikan dalam apa jua bangsa mestilah mempunyai nilai membesarkan Allah dan itulah roh ilmu yang sebenarnya.

Allah menjelaskan dalam firmanNya,

"Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."(ali imran:18)

"Kami tiada mengutus rasul rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang-laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui."(al anbiya:7)

"Dan perumpamaan=perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu."(al ankaabut:43)

oleh itu taraf orang-orang berilmu itu sangatlah tinggi di sisi Allah kerana mereka ialah hamba Allah yang memahami petunjuk-petunjuk Allah dan menjadi rujukan para manusia yang tidak mengetahui.Maka secara tidak langsung Allah s.w.t telah mendefinisikan orang-orang yang disebut sebagai berilmu itu. Sekiranya ada di kalangan kita yang mengatakan diri mereka adalah golongan terpelajar dan berilmu tinggi dalam masa yang sama cuba menidakkan petunjuk dan perintah Allah dalam al quran maka mereka bukanlah orang-orang berilmu di sisi Allah.

Menuntut ilmu tanpa hasrat untuk menjadi orang-orang berilmu di sisi Allah adalah suatu kerja yang sia-sia dan tiada ertinya.Untuk apa kita belajar bermacam-macam ilmu,tidak kiralah apa jua bentuk ilmu yang bukan ilmu sihir atau ilmu sesat,jika kita tidak menjadi orang-orang berilmu pada pandangan Allah s.w.t,tentu sekali kita akan tergolong dalam golongan yang jahil dan tidak mendapat petunjuk Allah s.w.t lagi.maka sewajarnya kita tanamkan matlamat kita menuntut ilmu itu untuk menjadi orang-orang berilmu di sisi Allah.

Oleh itu,adalah suatu yang logik jika penulis beranggapan pengajaran ilmu melalui apa jua bahasa mestilah dengan TUJUAN mendidik,mengasuh sehingga melahirkan para ilmuwan yang boleh dianggap sebagai ORANG-ORANG BERILMU di sisi Allah s.w.t.

siapakah orang-orang berilmu di sisi Allah s.w.t? secara ringkasnya boleh disebut orang-orang yang memahami petunjuk Allah,yang taat akan perintah Allah s.w.t dan menjadi pembimbing umat manusia yang jahil.

0 komentar: